Sebuah cerpen pertama dari trilogy
Dia Saudaraku Atau Bukan ?
Matahari mulai tenggelam, dan sebentar lagi malampun akan tiba. Aku tentu tahu semua itu, meski seumur hidupku akau tidak pernah keluar dari rumah. Hal tersebut dapat kuketahui dari lampu yang ada di rumah. Jika lampu rumah menyala, itu pertanda malam akan tiba. Dan jika lpagi tiba , maka lampu akan dimatikan dan orang orang serumah dengan ku akan keluar dari rumah untuk melakukan aktifitas mereka.Dan aku beserta keluargaku dapat bebas berkeliaran di rumah, tanpa gangguan.
Waktu menunjukan pukul 19.00, dan orang orang telah kembali dari aktifitas mereka, untuk beristirahat. Aku berjalan mendekati ruang tengah rumah. Ketika aku mencapai pintu, dari belakangku datang seorang bocahh dengan berlari.
“Ibu, mandiin,” teriak bocah itu, sambil melewatiku.
Dia mungkin tidak melihatku, atau mungkin pura-pura tidak melihat. Tapi yang jelas aku mengenalnya, karena anak itu satu rumah denganku.
“Apri, kamu udah gede, masih mau minta dimandiin,” teriak ibunya.
Ya, anak itu bernama Apri, dan baru satu minggu lalu dia merayakan ulang tahunnya yang ke-9. Sedangkan aku sendiri tidak pernah merayakan ulang tahun. Aku teringat ibuku pernah bilang padaku, kemungkinan aku hanya akan merayakan ulang tahun sekali, atau bahkan bisa tidak sama sekali. Aku terkejut dan kecewa mendengar hal itu. Aku kemudian bertanya kepada beliau.
“Kenapa bu, kenapa aku hanya dapat merayakan ulang tahun sekali,” tanyaku dengan penasaran.
“Karena itu memang takdir kita,” jawab beliau dengan tegas.
“Tapi, bukankah kita berhak untuk merayakan ulang tahun lebih dari sekali?” tanyaku lagi, sedikit bertambah keras.
“Benar, tapi hak tidak bisa mengalahkan takdir yang telah ditentukan untuk kita” kata ibu dengan tenang.
Mengingat kata-kata ibu aku sangat sedih. Padahal jika kita merayakan ulang tahun, aka nada banyak makan yang dapat kita makan. Aku tahu dari acara ulang tahun Apri, satu minggu lalu, karena aku juga hadir di acara yang diadakan di rumah. Begitu banyak yang hadir untuk menyalami dan menyanyikan lagu bersama. Apri tidak mengundangku, tapi aku tentu saja datang, karena aku serumah dengannya.
Kupandangi Apri, dari pintu ruang tengah .
“Betapa bahagia dan beruntungnya Apri,” batinku
Rasa iri mulai timbul dihatiku. Iri dan sedih ini membuatku ingin menangis. Namun tidak ada setetes air matapun keluar.
Kupandangi Apri sekali lagi….
Kemudian tanpa pikir panjang aku berlari menghampirinya. Aku ingin menyalaminya, memeluknya, menciumnya dan memberinya selamat atas keberuntungan yang dia dapat. Atas kebahagian yang selama ini dia peroleh dan tidak pernah aku dapatkan, karena dia saudara serumahku.
Dalam waktu singkat aku pun sampai disamping Apri. Ketika aku hendak memanggilnya. “BRARK” sebatang tongkat kayu dengan kencang nyaris mengenaiku.
“Apa,” tanyaku heran.
“BRARK” Kembali tongkat tersebut menghampiriku. Aku pun tanpa berpikir lagi, aku mulai berlari menyelamatkan diriku. Setelah kulihat, ternyata yang membawa tongkat tersebut adalah ibu Apri, dia hendak membunuhku.
“Memang apa salahku?” Tanyaku dalam hati.
“BRARK” kembali tongkat itu menghantam lantai yang hampir mengenaiku.
Aku pun hanya dapat berlari mengelilingi ruang tengah, sambil menghindari pukulan tongkat ibu Apri yang membabi buta. Selama hampir setengah menit aku terus menghindari pukulan tersebut. Kemudian aku memutuskan berlari mendekati Apri, untuk meminta pertolongan. Tidak lama aku sampai di depan Apri sebelum ibu Apri memukulku lagi. Namun…….
“BRUQK”
…………………………
“Apa?” tanyaku sangat keheran.
Suasanan hening gelap gulita
“Apa aku mati?” tanyakku lagi…
Aku tak perrcaya, aku tak percaya Apri bau saja menginjakku. Bukan hanya menginjak,, dia bahkan membunuhku……..
“Ahh”……..
Aku teringat,
Aku tidak sama dengan mereka
Aku bukanlah bagian dari mereka
Aku bukan keluarga mereka
Aku bukan saudara mereka
Aku bukan saudara Apri
Dan aku dibunuh Apri
Aku Coro
Sial……..
BERSAMBUNG KE “INI MIMPI ATAU BUKAN”
Alahambulilah ..
Selesai 1 April 2011, 22.10WITA Balikpapan
Penulis : Edwin Dwiantoro
Catatan:
Ø Coro/ kecoa merupakan insekta dari ordo Blattodea yang terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 famili
Ø Secara klasifikasi ilmiah kecoa termasuk dalam kerajaan Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, subkelas Pterygota, infrakelas Neoptera, dan superordo Dictyoptera.
Ø Usia maksimal kecoa kurang lebih 60 minggu, jadi wajar jika kecoa hanya dapat merayakan ulang tahun sekali seumur hidupnya.
Tunggu Cerpen Kelanjutannya...!
Terima kasih telah membacanya.
Sebagai koreksi saya, yang merupakan penulis pemula makak saya mengharapkan
Komentarnya…!
0 Comments